Kapan menggunakan dokumenter?
Dokumenter sebagai format jurnalistik, digunakan bila kita memiliki akses pada narasumber dalam suatu kisah yang penting bagi masyarakat.
Suatu kisah dianggap penting bila...
a) Telah menjadi pembicaraan publik
b) Dapat mengubah pandangan prasangka kita terhadap topik, orang atau lingkungan tertentu
c) Dapat membuktikan bahwa masyarakat telah membuat penilaian yang salah, mungkin mengatakan kalimat yang salah
d) Menunjukkan lingkungan publik baru yang tidak dikenal - dan membawa kita ke dalamnya
Dokumenter dapat juga melakukan pendekatan yang lebih filosofis atau psikologis. Bila ini yang terjadi, kisah tersebut akan lebih seperti diskusi suatu topik umum, didiskusikan bersama orang atau orang-orang tertentu.
Topik-topik yang filosofis misalnya cinta, balas dendam, identitas, kepercayaan, keberadaan, dll.
Dokumenter psikologis dapat mendiskusikan hubungan, misalnya hubungan antara bapak dan anak laki-lakinya, laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan saudara perempuan, dll.
Tidak seperti dokumenter jurnalistik, dokumenter seperti ini dapat disiarkan ulang berkali-kali, bila mendiskusikan topik yang abadi.
Penggunaan teknik dokumenter dalam konteks lain
Teknik dokumenter dapat digunakan dalam beberapa konteks lain.
Menggunakan dokumentasi pendek dalam berita akan sangat berguna.
Juga dalam format campuran, memasukkan dokemnter akan sangat bagus.
Terutama dalam format feature, teknik yang sama sering kali digunakan, meskipun presenter memainkan peran yang lebih besar.
Jadi bahkan bagi mereka yang tidak berambisi untuk menjadi jurnalis investigatif, atau jenis yang artistik - sangat masuk akal untuk mempelajari teknik dasar dokumenter.
Mempersiapkan wawancara
TAHAP 1 - Mengontrak orang yang diwawancara
Sebelum wawancara dokumenter dimulai, perlu dilakukan briefing:
Pewawancara menceritakan pada orang yang diwawancara tujuan/sudut pengambilan wawancara.
Apakah ini kisah investigasi, sebuah profil, cerita latar belakang, dokumenter historis???
Pewawancara memberitahukan orang yang diwawancara tentang implikasi yang mungkin dilakukan di radio.
Apakah perlu membuat orang yang diwawancara tidak dikenali, misalnya dengan memanipulasi suara?
Apakah ada nama-nama yang tidak boleh disebutkan untuk menghindari ancaman publik, dsb?
Dapatkah stasiun radio menyediakan bantuan hukum bila terjadi "sesuatu"?
Pewawancara memberitahukan kondisi dokumenter.
Dalam konteks apa orang yang diwawancara akan ditampilkan?
Lamanya program?
Apakah ada kemungkinan bagi orang yang diwawancara untuk memilih insert sebelum mixing program terakhir?
Sekarang sebuah "kontrak" - atau "kode etik" untuk melakukan wawancara telah dibuat. Orang yang diwawancara akan merasa aman dan mempercayai anda.
TAHAP 2 - "Memperkenalan metode wawancara"
Memperkenalkan metode wawancara sangat penting bagi orang yang diwawancara bila ia tidak terbiasa dengan metode wawancara, sebelum anda mulai merekam.
Pertama-tama, jelaskan bahwa ini bukan proses tanya jawab seperti "saya bertanya-anda menjawab". Wawancara adalah pekerjaan yang umum. Anda dan orang yang diwawancara berbagi pekerjaan "membangun" ingatan. Tujuan umum anda adalah merekonstruksi kenyataan yang, entah itu terjadinya kemarin atau bertahun-tahun yang lalu. Dalam kerjasama ini, anda dan orang yang diwawancara akan menciptakan kembali ingatan- ingatan ini untuk "layar-radio"
Sebelum atau sesudah memperkenalkan metode, anda menyesuaikan posisi fisik anda dalam ruangan. Pastikan anda dan orang yang diwawancara duduk berdampingan. Posisi ini memberi beberapa keuntungan:
1) Anda berdua secara fisik tetap "menghadap posisi pendengar"
2) Anda, sebagai pewawancara, dapat menempatkan mikrofon dekat dengan mulut orang yang diwawancara, dari sudut samping, untuk menghindari "tiupan nafas". Dan anda dapat menempatkan tangan anda yang lain di paha anda atau di lengan kursi.
3) Orang yang diwawancara dapat, dengan santai, memutuskan kapan dan berapa lama ia akan melakukan kontak mata dengan anda selama wawancara (akan sangat menegangkan bila dipaksa untuk terus menerus melakukan kontak mata).
TAHAP 3 - "Membingkai Kisah"
Sebelum menyalakan tape recorder, penting sekali untuk melihat kembali keseluruhan cerita secara kasar. Pastikan bahwa anda setuju kisah apa yang akan diceritakan. Seringkali pewawancara dan orang yang diwawancara memiliki prioritas yang berbeda-beda. Jika orang yang diwawancara memiliki harapan yang berbeda dengan anda sebagai pewawancara, akan sangat memakan tenaga untuk membuat segala sesuatunya sesuai rencana.
Anda hanya perlu meminta kepada orang yang diwawancara untuk menceritakan kisahnya dengan singkat. Keuntungan lainnya adalah, orang yang diwawancara akan merasa nyaman karena dia telah mengetahui adegan awal dan akhir cerita.
Ada kepercayaan diantara para pewawancara baru bahwa wawancara pertama adalah yang terbaik karena lebih otentik, lebih spontan. Pengalaman menunjukkan bahwa hal tersebut tidak benar - bahkan untuk siaran langsung!
Jangan lupa - kisah yang bagus adalah kisah yang bagus, dan kisah yang bagus bisa diceritakan berulang-ulang.
Bagaimana melakukan wawancara?
Wawancara dapat dimulai dengan pertanyaan seperti: "Bayangkan saat anda berada di awal kisah itu. Ceritakan apa yang anda lihat, dengar, baui, rasakan, pikirkan".
Ini biasanya bukanlah metode yang diharapkan orang yang diwawancara. Dia mungkin saja memulai dengan menceritakan kisah yang diketahuinya. Tetapi harus ditekankan bahwa orang yang diwawancara mengemukakan beberapa gambaran dan gerakan dalam adegan pertama.
Awalnya dapat dimulai seperti ini:
"Saat itu saya berdiri di belakang tiang jembatan, saya mendengar suara tank-tank militer mulai mendekat. Asap mengepul di udara. Saya terus menduga-duga kapan saat yang tepat untuk melemparkan granat setelah tank pertama mencapai jembatan. Jembatan yang lama mulai bergetar..."
Anda tentu tahu hanya pencerita yang sangat berpengalaman dapat memulai cerita seperti itu, tanpa diminta.
Kebanyakan orang yang diwawancara akan memulainya seperti ini, tanpa diminta:
"Rencananya adalah melemparkan granat ke tank militer pertama yang mencapai jembatan. Saya memutuskan untuk bersembunyi di belakang tiang jembatan dan melemparkannya dari sana."
Metode wawancara dokumenter mencoba mereka ulang masa lalu dan membuat orang yang diwawancara kembali ke situasi tersebut, dan dengan demikian membawa pendengar ke situasi itu juga.
Pada tahap ini anda juga harus membuat keputusan, apakah anda ingin menceritakan kisah tersebut dalam bentuk masa kini atau masa lalu. Contoh yang diberikan dapat dibuat dalam bentuk masa kini:
"Saya sedang berdiri di belakang tiang jembatan, saya dapat mendengar suara tank-tank militer semakin mendekat. Asap mengepul di udara. Saya terus menduga-duga kapan saat yang tepat untuk melemparkan granat setelah tank yang pertama mencapai jembatan. Jembatan yang lama mulai bergetar..."
Jika anda memilih bentuk masa kini, anda harus memperhatikan orang yang diwawancara, bahwa dia akan tetap menggunakan bentuk tersebut, terutama pada 15-20 menit pertama, sampai orang yang diwawancara terbiasa.
Penggunaan bentuk masa kini dan masa lalu dapat divariasikan. Mungkin saja anda memilih bentuk masa kini pada beberapa adegan kunci dan adegan-adegan lain dalam bentuk masa lalu.
Wawancara sisanya adalah pengejaran terhadap ingatan, skenario, perkembangan, gambaran, bentuk, warna, pandangan yang berbeda, pikiran, perkataan, bebauan, suara... perasaan.
Tugas anda sebagai pewawancara adalah terus menerus memperhatikan keseluruhan cerita. Apakah anda mendapatkan semua adegan dengan jelas dan detil yang cukup? Apakah anda telah mendapatkan semua adegan secara berurutan agar konteksnya dapat diperjelas?
Wawancara seperti ini seringkali dilakukan dua kali. Istirahatlah, matikan tape recorder anda. Orang yang diwawancarapun rileks... dan seringkali kesempatan tersebut membangkitkan beberapa ingatan baru.
Tetapi seringkali juga, lebih baik kembali lagi esok hari atau beberapa hari kemudian. Wawancara seperti ini selalu dimulai dengan proses mengingat kembali masa lalu. Anda tentu tahu jika orang yang diwawancara tidak dapat mengingat beberapa nama, keadaan, dsb. - pada saat wawancara pertama, waktu akan mengembangkan semuanya dan akan muncul kemudian.
Bagaimana melakukan editing?
Bila wawancara dilakukan dengan benar, anda akan mendapatkan semua hal yang anda butuhkan untuk membuat drama yang baik, adegan demi adegan. Anda dapat mengedit kalimat-kalimat dengan bebas mengikuti metode dan keinginan anda. Dalam contoh berikut ini, urutan kalimat dapat diubah tanpa mengubah konteks...
"Saya gemetaran. Kaki saya gemetar tak terkontrol. Saya berdiri di belakang tiang jembatan, saya bisa mendengar suara tank-tank militer mulai mendekat. Asap mengepul di udara. Saya terus menduga-duga kapan saat yang tepat untuk melemparkan granat setelah tank pertama mencapai jembatan. Jembatan yang lama mulai bergetar..."
...dapat diubah menjadi.....
Asap mengepul di udara. Saya gemetar. Saya berdiri di belakang tiang jembatan, kaki saya gemetar tak terkontrol. Saya terus menduga-duga kapan saat yang tepat untuk melemparkan granat setelah tank pertama mencapai jembatan. Jembatan yang lama mulai bergetar... Saya bisa mendengar suara tank-tank militer mulai mendekat
Dengan cara yang sama, adegan yang berbeda dapat dikombinasikan dalam urutan yang berbeda. Mungkin saja dua orang saling menceritakan kisahnya dari sudut pandang masing-masing, dan
Bagaimana membuat struktur kisah anda?
Struktur kisah sangat penting untuk melihat bagaimana kisah tersebut mempengaruhi para pendengar.
Beberapa kisah akan sangat bagus bila dibuat secara kronologis, dari awal hingga akhir. Kisah lain harus dibuat seperti gaya novel.
Banyak cara untuk melakukannya.
Salah satunya, pastikan salah satu adegan yang paling menegangkan mengawali cerita dan dari sana anda hanya mengukur ketegangan adegan-adegan yang disampaikan, sehingga setelah adegan pertama anda mengambil yang paling lemah dan kemudian membangun intensitas menuju klimaks sebelum kisah berakhir. Tentu saja hal ini tidak akan berhasil dalam semua pergantian adegan.
Laporan Pandangan Mata
Komentar merupakan format radio yang sangat dikenal. Khususnya laporan tentang kejadian yang dramatis semisal demonstrasi, perang, kecelakaan dan sebagainya, komentar merupakan format yang tepat. Reporter berada di sana untuk menjadi saksi mata bagi pendengar. Reporter harus memiliki seluruh indra: melihat, mendengar, membaui dan merasakan – dan melaporkan kesan-kesan kepada pendengar. Komentar langsung merupakan hal tersulit karena tak ada kesempatan untuk latihan. Komentar terekam dapat dilatih dulu, dan disesuaikan. Bahkan jika skenarionya sangat dramatis, kerap komentar yang dipersiapkan bisa lebih berkualitas. Dalam kedua kasus itu, naluri yang tinggi terhadap aturan-aturan bercerita (story telling) dibutuhkan. Mungkin yang terpenting adalah kemampuan untuk menggambarkan dalam bahasa tutur harus tinggi.
Segala macam pengumpulan berita selama masa pemilu dapat ditujukan untuk menjadi komentar, khususnya jika laporan itu dramatis, direncanakan ataupun tidak sengaja.
Perhatikan! Biasanya, komentar akan dilanjutkan dengan wawancara. Tapi ini tidak mengubah fakta ketrampilan yang tinggi sangat dibutuhkan dari si reporter.
Spots/jingles
Spot dan jingle merupakan penampilan yang berwarna-warni dari stasiun radio. Ini tak berarti kualitas muatan berkurang.
Spot yang dikerjakan dengan baik dapat memberi kita lebih banyak informasi dan kesan daripada setngah jam interview yang membosankan.
Gunakan spot untuk mempromosikan stasiun (ID), gunakan untuk pengumuman acara penting yang akan disiarkan.
Gunakan untuk pendidikan pemilih (misalnya: kapan hari pemilihan atau siapa yang berhak memilih…)
0 Komentar: