Post info

Taq :


Comments 0


Author: dispa


Kata orang, tak ada teman sejati dalam dunia politik.
Yang ada hanyalah sekutu, dan jika yang ada bukan sekutu,
maka yang dihadapi adalah musuh…



Pengantar
AJANG pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan presiden (pilpres), maupun pemilihan anggota parlemen (legislatif) di mana pun pesta demokrasi itu digelar, pada hakikatnya adalah peperangan. Seperti halnya bentuk-bentuk peperangan lainnya, ada tiga hal yang menjadi penentu kemenangan. Pertama para pelakunya, kedua senjata yang digunakan, dan ketiga, strategi yang diterapkan.

Pada ajang pilkada, pilpres, maupun pemilu legislatif, para pelaku adalah semua yang terlibat, termasuk para anggota tim sukses. Dalam sejumlah kasus, tim sukses bahkan memegang peranan kunci karena merekalah yang sesungguhnya melakukan pertarungan di lapangan.
Hal lain yang juga menentukan adalah senjata yang digunakan. Pada pilkada, pilpres, maupun pemilu legislatif senjatanya adalah komunikasi politik. Satu yang biasa digunakan adalah propaganda.

Semakin bagus senjatanya dan semakin mahir para pelaku menggunakan senjata yang dipakai, akan membuat peperangan semakin mungkin dimenangkan. Namun, selain kedua hal tadi, yang juga tak kalah berperan adalah strategi yang harus dipakai. Semakin tepat strategi yang digunakan akan semakin mungkin peperangan dimenangkan.

Paparan berikut, membahas secara detail mengenai ketiga hal penting tadi. Mulai dari pembahasan komunikasi secara umum, komponen-komponen yang terlibat, cara mengatur strategi, memahami feedback, termasuk cara menyikapinya.
Komunikasi

Pengertian Komunikasi
Komunikasi, secara sederhana dapat diartikan sebagai seni mempengaruhi orang, atau kelompok orang, melalui simbol-simbol pesan yang disampaikan komunikator, baik secara verbal maupun non-verbal, langsung maupun tidak langsung kepada komunikan. Dan, propaganda, adalah satu variannya.


B. Komponen Komunikasi
Paling tidak, ada tiga komponen penting dalam komunikasi yang harus kita ketahui, yakni komunikator, pesan, dan komunikan. Namun, dalam bahasan kali ini saya akan menambah dua sub-komponen lain yang tak kalah penting, yakni efek dan reaksi atas efek yang muncul.

Komunikator
Salah-satu kunci keberhasilan proses komunikasi adalah kualitas si penyampai pesan atau komunikator. Semakin tinggi kualitas komunikator, maka akan semakin tinggi kemungkinan keberhasilan proses komunikasi yang dijalankan. Berikut, adalah beberapa hal yang harus dimiliki seorang komunikator agar pesan yang ia sampaikan dapat menimbulkan pengaruh dan perubahan seperti yang diharapkan pada diri komunikan.

Komunikator yang baik haruslah mengenal dirinya sendiri. Ia harus mengenal betul kelebihan dan kekurangannya, serta paham cara memanfaatkan kelebihan dan kekurangan tersebut.
Komunikator yang baik juga harus mengenali komunikannya. Komunikator harus tahu apa latar belakang komunikannya, gaya bahasanya, kegemarannya, kondisi lingkungannya, kebiasaannya, keinginannya, dan cara berpikirnya.

Komunikator yang baik, juga dituntut memiliki pengetahuan yang luas, terutama seputar pesan yang ia sampaikan. Ia harus memiliki pemahaman terkait isi pesan yang akan disampaikan, kenapa pesan itu disampaikan, serta efek seperti apa yang diharapkan dari upaya penyampaian pesan tersebut.

Pesan
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait pesan ini, yaitu isi pesan, bentuk pesan, kemasan, tujuan, sasaran, media penyampaian, dan serta metoda yang dipakai untuk menyampaikannya.

Isi pesan, bisa sangat bervariasi tergantung kebutuhannya. Namun, apa pun isi pesan tersebut haruslah berorientasi pada tujuan perubahan sikap, cara berpikir dan cara bertindak komunikan yang menjadi alasan kenapa pesan itu disampaikan.

Sebuah pesan juga dapat disampaikan dalam bentuk simbol-simbol verbal berupa rangkaian kata atau kalimat, namun bisa juga berupa simbol non verbal berupa isyarat, kode, perubahan mimik, sorot mata, nada suara, tanda baca, dan sebagainya.

Hal lain yang juga penting pada pesan adalah kemasannya. Semakin bagus dan menarik kemasannya, semakin tinggi kemungkinan pesan itu sampai. Kemenarikan kemasan pesan ini juga sangat tergantung dari bahasa, tata bahasa, dan gaya bahasa yang digunakan, yang semuanya harus disesuaikan pula dengan tujuan penyampaian, di mana pesan disampaikan, dan kepada siapa pesan disampaikan.

Di dalam proses penyampaian pesan, tujuan adalah panduan. Semakin fokus dan terarah tujuannya, maka akan semakin besar pula kemungkinan keberhasilan sebuah proses komunikasi.

Pengenalan terhadap sasaran akan memudahkan pesan sampai seperti yang diharapkan.
Penggunaan media dan metoda yang tepat akan meningkatkan efektivitas komunikasi, bahkan sangat menentukan keberhasilannya secara keseluruhan. Media yang dimaksud bisa berupa media tatap muka, atau media massa cetak maupun elektronik. Sementara metoda penyampaian bisa bersifat langsung, tidak langsung, visual, audio, atau audio visual.

Komunikan
Komunikan biasa juga disebut dengan sasaran dalam sebuah proses komunikasi. Komunikan, seberapa pun banyaknya pada hakikatnya adalah individu, yang memiliki kebutuhan, tujuan, hasrat, dan keinginannya sendiri-sendiri. Kebutuhan, tujuan, hasrat, dan keinginan komunikan ini sangat berpengaruh terhadap sikap dan keputusan.

Namun perlu diingat pula bahwa karena seberapa pun banyaknya, komunikan pada hakikatnya adalah individu, faktor penentu sikap dan keputusan mereka pun (kebutuhan, tujuan, hasrat, dan keinginan), menjadi sangat rentan terhadap perubahan. Selain karena faktor latar belakang (budaya, pendidikan, status sosial, dll), perubahan juga trentan dipengaruhi faktor-faktor lainnya, seperti usia, gender, tren, bahkan opini publik berikut euforia yang mengiringinya. Kerentanan inilah yang kemudian seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh komunikator.

II. Kampanye dan Propaganda

Pengertian
PADA dasarnya tak ada yang berbeda antara kampanye dan propaganda. Kalau pun, kemudian keduanya tampak berbeda, itu karena pendekatan dan metoda yang dipakainya. Kampanye kerap dinilai lebih bersifat persuasif karena disertai bujukan dan iming-iming. Sementara propaganda, sekalipun dasarnya sangat persuasif, kerap disertai tekanan berupa penonjolan dari dampak buruk yang bisa terjadi jika massa tak bertindak seperti apa yang dipropagandakan. Sekadar menyamakan persepsi, persuasi yang dimaksud tak lain adalah usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku orang melalui transmisi pesan.
Propaganda sendiri, biasa digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.

B. Tipe Propaganda
Jaques Ellul (dalam Dan Nimmo) menyebutkan, paling tidak terdapat dua tipe propaganda yang bisa dikenali. Pertama, propaganda yang beroperasi melalui imbauan-imbauan khas berjangka pendek. Biasanya melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai atau golongan berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis atau taktis. Kedua, tipenya berangsur-angsur, merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik.

Melalui propaganda orang disuntik dengan suatu cara hidup atau ideologi. Hasilnya, suatu konsepsi umum tentang masyarakat yang dengan setia dipatuhi oleh setiap orang kecuali beberapa orang yang dianggap sebagai “penyimpang (deviants)”.

Berkaitan dengan konsepsi ini akhirya dikenal juga dua tipe lainnya yakni propaganda agitasi dan propaganda integrasi. Agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, termasuk mungkin mengorbankan jiwa dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian. Sementara integrasi menggalang kesesuaian dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini, orang-orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun.

Terkait sejumlah tipe propaganda tadi, enam hal berikut adalah sesuatu yang biasa digunakan para propagandis dalam “melakukan tugasnya” dengan memanfaatkan kombinasi kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif. Keenam hal yang dimaksud adalah name calling, glittering generalities, transfer, testimonial, plain folks, card stacking, dan bandwagon.

a. Name Calling
Adalah pemberian label buruk dengan sengaja kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan pemilihan sebagai “penjahat”.

b. Glittering Generalities
Adalah penggunaan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai “Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas”. Begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.

c. Transfer
Yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang autoritas, misalnya “pilih kembali Mega di Pemilu 2004”.

d. Testimonial
Upaya menggunakan ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik oleh surat kabar , tokoh terkenal dll.

e. Plain Folks
Berupa imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah seorang dari anda, hanya rakyat biasa”.

f. Card Stacking
Memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-kata “pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan terhadap partai kita !”.

g. Bandwagon
Usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan sehingga setiap orang akan “turut naik”.

C. Media Massa
Propaganda politik melalui media massa, sebenarnya merupakan upaya mengemas isu, tujuan, pengaruh, dan kekuasaan politik dengan memanipulir sisi psikologis khalayak. Begitu urgennya media, sehingga Cater menyebutnya sebagai institusi kekuatan keempat dalam suatu pemerintahan atau The Fourth Branch of Government (dalam Sparrow, 1999).

Dalam pelaksanaannya, propaganda di media massa juga tidak bisa mengenyampingkan beberapa hal yang dikenal dalam rumusan Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese (dikutip Susilo, 2000) sebagai model “hierarchy of influence”.

Jika dideskripsikan, sekurang-kurangnya ada lima hal yang mempengaruhi berita media termasuk di dalamnya isi propaganda.
Pertama pengaruh individu-individu pekerja media seperti karakteristik pekerja media, latarbelakang personal dan profesional.
Kedua, pengaruh rutinitas media seperti tengat waktu (deadline), keterbatasan tempat (space) dll.
Ketiga pengaruh organisasional
Keempat pengaruh dari luar organisasi media seperti dari partai politik atau pemerintah yang melakukan propaganda.
Kelima pengaruh ideologi yang merupakan sebuah pengaruh paling menyeluruh dari semua pengaruh yang ada. Di sini ideologi dimaknai sebagai suatu kekuatan yang mampu melakukan kohesivitas kelompok.

Dengan pengaruh dari kelima faktor tadi, efektivitas propaganda akan sangat tergantung pada kemampuan memanfaatkan media massa secara efektif. Tentu saja dengan pemahaman terhadap karakteristik media massa yang dipakai. Sebab, tidak semua media efektif menjadi medium propaganda dalam suatu konteks tertentu.

D. Kondisi Komunikator
Kondisi komunikator adalah hal yang juga sangat penting dicermati karena berpengaruh besar terhadap keberhasilan propaganda. Paling tidak, tiga hal berikut tak boleh luput, yakni status komunikator, kredibilitas komunikator, dan.daya tarik komunikator,

Status Komunikator. Semakin tinggi posisi atau status seseorang di tengah masyarakat, maka akan semakin mampu dia melakukan persuasi. Dengan demikian pemilihan propagandis terutama dalam media massa yang diorientasikan mencapai khalayak yang heterogen membutuhkan mereka yang punya status kuat.

Kredibilitas Komunikator. Sasaran propaganda mempersepsi para komunikator dengan beberapa cara. Sejauh mereka mempersepsi bahwa propagandis itu memiliki keahlian, kompetisi, keandalan, dapat dipercaya dan autoritas, mereka menganggap bahwa komunikator itu kredibel.

Daya Tarik Komunikator. Semakin menarik komunikator maka semakin besar kemungkinan sukses sebuah propagandanya.

E. Pengemasan
Propaganda dalam media massa tentu saja berbeda dengan propaganda yang dilakukan lewat model rapat akbar partai dan ceramah di lapangan. Propaganda di media sangat dibatasi dengan waktu atau space yang disediakan. Oleh karena itu kemampuan pengemasan menjadi hal yang sangat pokok.

Dari perspektif agenda setting, media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang anggap penting. Bila AS secara terus menerus memberi label Irak, Saddam Husein, Osama bin Laden sebagai biang teroris maka lambat laun khalayak internasional bisa mempengaruhi konstruk berpikir khalayak internasional mengenai teroris.

Begitu juga saat pemerintah Megawati selalu mempersuasi Bangsa Indonesia bahwa Abu Bakar Baasyir dan Jamah Islamiyah sebagai orang dan kelompok membahayakan, maka kemungkinan besar hal ini berpengaruh pada cara berpikir masyarakat. Sama berpengaruhnya saat media selalu menampilkan tokoh tertentu, maka orang tersebut cenderung dianggap tokoh penting.

Pemetaan Kekuatan
Ada tiga pihak yang biasanya selalu terlibat dalam proses propaganda. Pertama para pelaku propaganda, kedua yang dipropaganda, dan ketiga adalah pihak di luar keduanya yang bisa memperoleh keuntungan atau kerugian dari sukses tidaknya propaganda.
Pihak ketiga, dapat menempatkan dirinya di mana saja. Bisa di pihak propagandis, bisa di pihak yang dikenai propaganda, atau di luar keduanya.

Pengenalan terhadap pihak ketiga ini menjadi penting karena merekalah yang biasanya justru dapat mengacaukan semua prediksi. Namun, karena untuk mengenalinya terkadang cukup sulit, langkah pertama fokuslah pada siapa yang akan menjadi sasaran propaganda.

Jika kita bertindak ebagai propagandis, ada sejumlah informasi yang sebaiknya segera kita ketahui terkait objek dari propaganda kita. Antara lain, kultur budayanya, karakteristik sosialnya, kebiasaan-kebiasaan umumnya, pola kerjanya, serta mimpi-mimpinya.
Para propagandis tentu harus mampu merancang propagandanya dengan sebisa mungkin tampak seperti berorientasi pada pemenuhan faktor-faktor tadi.

Namun, saat yang sama, propagandis juga harus mengenali dirinya. Menghitung bagaimana dan dengan media apa propaganda dapat dengan tepat dilakukan. Sebab, bagaimana pun, unsur persuasi sebaiknya tetap dominan.

Untuk memudahkan perencanaan, sebuah bagan dengan alur yang Anda mengerti dapat Anda buat. Dalam bagan, jangan lupa disertakan pihak mana saja yang Anda masukkan sebagai pihak ketiga. Pihak ketiga dapatdikenali berdasar motif yang mungkin ada.

Teknik Menganalisa Feedback dan Bagaimana Cara Menyikapinya

Feedback adalah reaksi yang muncul begitu proses komunikasi dijalankan. Namun, feedback umumnya hanya berati tiga hal: berpotensi merugikan, berpotensi menguntungkan, atau tak terlalu berpotensi untuk menimbulkan kedua hal tadi hingga untuk saat-saat tertentu dapat diabaikan.

Feedback dianggap menguntungkan ketika reaksi yang muncul sesuai dengan apa yang telah diperhitungkan dan diharapkan. Dianggap merugikan jika yang terjadi sebaliknya. Dianggap tak berpotensi apa pun jika feedback yang muncul tak mempengaruhi rencana secara keseluruhan.
Masalah seringkali timbul ketika propagandis salah mengenali feedback, atau kurang menyeluruh membuat detail reaksi yang mungkin timbul.

Agar terhindar dari ini sebaiknya propagandis menyusun “peta komunikasinya” dalam setidaknya tiga tingkatan sebab, dan tiga tingkatan akibat. Reaksi yang muncul adalah sebab dari reaksi setelahnya. Sebuah reaksi akan memancing timbulnya reaksi lainnya. Buatlah sedetail mungkin peta reaksi, termasuk dari apa yang mungkin muncul dari pihak ketiga.

Dengan semua itu kita dapat memperhitungkan reaksi apa yang akan kita berikan. Buat detail reaksi ini dalam paling tidak tiga kemungkinan reaksi lainnya hingga apapun reaksi yang muncul dapat segeradikenali dan disikapi.
Diposting oleh arief permadi

0 Komentar:


Posting Komentar

kirimkan pesan anda